Masa - Masa Demokrasi Parlementer
SEPUTARINFO.COM - Demokrasi Parlementer atau disebut juga Demokrasi Liberal
adalah suatu periode dalam sejarah Indoneisa yang terjadi antara tahun
1950-1959. Sistem Demokrasi Parlementer (Liberal) dipilih oleh pemerintah
Indonesia untuk menarik simpati internasional agar mau mendukung perjuangan
bangsa Indonesia. Pemerintah Indonesia melakukan perubahan-perubahan dalam bidang politik pemerintahan
dengan meniru sistem politik pemerintahan negara-negara Barat.
POLITIK
A. Sistem
Pemerintahan
- Seringnya
pergantian kabinet
- Program Kabinet
tidak selesai
(Kemakmuran, Keamanan, Irian Barat)
B. Sistem Kepartaian
- Banyaknya partai
- Perbedaan
pendapat
C. Pemilihan Umum
1955
- Memilih wakil
rakyat
- UUD sementara
EKONOMI
A. Pemikiran ekonomi
Naisonal
- Mengganti
ekonomi colonial
- Kurangnya
Pengalaman
B. Sistem ekonomi
liberal
- Dampak
kesepakatan KMB
SISTEM MULTI PARTAI
Sistem multi partai pada masa demokrasi liberal mendorong
lahirnya banyak partai-partai politik dengan ragam ideologi dan tujuan politik
yang berbeda-beda. Dasar hukum dari sistem multi partai, yaitu Maklumat Wakil
Presiden No. X yang dikeluarkan tanggal
3 November 1945.
Partai Nasional
Indonesia (PNI)
PNI didirikan di Kota Bandung pada 4 Juli 1927. Pendirian
partai ini digagas oleh 8 orang tokoh yaitu Ir. Soekarno, dr. Cipto
Mangunkusumo, Mr. Sartono, Mr. Iskaq Tjokroadisurjo, Mr. Sunaryo, Ir. Anwari,
Mr. Budiarto dan Dr. Samsi.
Majelis Syuro
Muslimin Indonesia (Masyumi)
Organisasi Islam bernama Majelis Syuro Muslimin Indonesia
atau Masyumi dibentuk pada Agustus 1943. Masyumi Berubah Menjadi partai politik
pada 7 November 1945.
Partai Nahdlatul
Ulama (NU)
Nahdlatul Ulama sebagai organisasi sosial keagamaan
didirikan pada 31 Januari 1926 sebagai representatif dari masyarakat Islam
tradisional. Pada 5 April 1952, NU keluar dari Masyumi dan berubah menjadi
Partai Nahdlatul Ulama
Partai Komunis
Indonesia (PKI)
PKI pada awal pembentukan bernama Indische Sociaal-Democratische
Vereeninging (ISDV) yang didirikan pada 1914 oleh Henk Sneevliet. ISDV kemudian
mengubah namanya menjadi Partai Komunis Indonesia pada 23 Mei 1920.
Kabinet-Kabinet Masa
Demokrasi Liberal
Kabinet Natsir
6 September 1950 - 21
Maret 1951
Perdana Menteri kabinet ini adalah Mohammad Natsir dari
Masyumi dan Sri Sultan Hamengkubuwono IX dari independen sebagai wakil Perdana
Meteri. Partai pendukung utama dalam kabinet adalah Masyumi dan PSI.
Kabinet Sukiman
27 April 1951 - 3
April 1952
Perdana Menteri kabinet ini adalah Sukiman Wiryosanjoyo beliau
adalah seorang tokoh
politik dari partai Masyumi. Partai Pendukung utama dalam
kabinet ini adalah Masyumi dan PNI.
Kabinet Wilopo
3 April 1952 - 3 Juni
1953
Perdana Menteri pada kabinet ini adalah Mr. Wilopo yang
berasal dari PNI. Kabinet ini adalah Zaken Kabiet atau Kabinet Ahli.
Kabinet Ali
Sastroamijoyo I
30 Juli 1953 - 12
Agustus 1955
Kabinet Ali Sastroamijoyo I merupakan kabinet koalisi antara
PNI, NU, dan partai- partai kecil lainnya. Perdana Menteri kabinet ini adalah
Ali Sastoamijoyo I.
Kabinet Burhanudin
Harahap
12 Agustus 1955 - 3
Maret 1956
Perdana Menteri kabinet ini adalah Mr. Burhanudi Harahap,
seorang ahli hukum dan juga anggota Masyumi.
Kabinet Ali SastroAamijyo II
20 Maret 1956 - 14
Maret 1957
Kabinet ini merupakan cabinet pertama yang dibentuk
berdasarkan hasil pemilu. Pendukung utama kabinet ini adalah PNI, Masyumi, dan
NU.
Kabinet Djuanda
9 April 1957 - 5 Juli
1959
Perdana Menteri kabinet ini adalah Ir. Djuanda. Pendukung kabinet ini adalah
PNI, NU, dan Partindo. Kabinet ini merupakan Zaken Kabinet atau Kabinet Ahli.
Kondisi Ekonomi Masa Demokrasi
Liberal
Sebagai “Negara Baru”, Indoneisa masih harus banyak belajar
dalam berbagai hal agar ekonominya semakin kuat. Kondisi ekonomi Indonesia pada
masa awal kemerdekaan sangat sulit. Pemerintah Indonesia menanggung beban utang
luar negeri kepada Pemerintah Belanda. Sumber penghasilan negara masih terbatas
dan sumber daya manusia Indonesia yang mengerti soal perekonomian masih terbatas.
Sistem Ekonomi
Gerakan Benteng
Program Gerakan Benteng dicetuskan oleh Dr. Sumitro
Djojohadikusumo. Seorang ahli ekonomi Indonesia Program ini diluncurkan pada
April 1950. Gerakan Benteng bertujuan untuk mengubah struktur ekonomi kolonial
menjadi struktur ekonomi nasional yaitu pembangunan ekonomi Indonesia.
Nasionalisasi
Perusahaan Asing
Nasionalisasi berarti pengambilalihan perusahaan-perusahaan
swasta menjadi milik negara baik sebagian maupun sepenyuhnya. Salah satu yang
terpenting yaitu menasionalisasikan De javasche Bank. Pada 1 Juli 1953. De
Javasche Bank berganti nama menjadi Bank Indonesia.
Musyawarah Nasional
Pembangunan
Musyawarah Nasioanl Pembangunan dilaksanakan pada 25
November sampai 4 Desember 1957. Tujuannya adalah merumuskan rencana
pembangunan daerah seluruh Indonesia
Persetujuan Finansial
Ekonomi (Finek)
Pada masa kabinet burhanudin harahap, pemerintah mengirim delegasike
jenewa, Swiss untuk merundingkan masalah finansial ekonomi dengan pihak
belanda.
Hasil Persetujuan
Finek adalah:
1. Persetujuan
Finek hasil KMB dibubarkan.
2. Hubungan Finek
antara Indonesia-Belanda didasarkan atas hubungan bilateral.
3. Hubungan Finek
didasarkan pada UU Nasional, tidak boleh diikat oleh perjanjian lain antara kedua pihak.
Hasil KMB
1. Belanda mengakui RIS sebagai negara yang merdekan dan
berdaulat.
2. Pengakuan kedaulatan dilakukan pada 30 Desember 1949.
3. Masalah Irian Barat akan dirundingkan.
4. RIS dan Belanda akan diadakan hubungan Uni Indonesia
Belanda.
5. Kapal perang akan ditarik dari Indonesia.
6. Tentara Belanda akan ditarik dari Indonesia
Sekian dari ringkasan tentang Masa - Masa Demokrasi Parlementer.
Semoga Bermanfaat..
Sumber: SEPUTARINFO.COM ( https://seputarinformasididunia.blogspot.com/ )
0 Response to "Masa - Masa Demokrasi Parlementer"
Post a Comment